Stunting adalah masalah kekurangan gizi kronis yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam jangka waktu yang lama atau panjang, sehingga mengakibatkan kondisi gagal tumbuh pada anak (pertumbuhan tubuh dan otak).

Dimaksud dengan kekurangan gizi dalam waktu lama yaitu terjadi sejak janin dalam kandungan sampai awal kehidupan anak (1000 Hari Pertama Kelahiran).

Stunting juga kerap menjadi penyebab terhambatnya tumbuh tinggi pada anak. Sehingga, anak lebih pendek dari anak normal seusianya dan memiliki keterlambatan kecerdasan dalam berpikir.

Namun, masalah tumbuh kembang tersebut sering disalah artikan sebagai faktor genetika dan tidak ada kaitannya dengan masalah kesehatan.

Perlu diingat, meski tidak semua anak yang pendek dan mengalami keterlambatan perkembangan belum tentu stunting, tapi anak stunting dipastikan terlihat pendek dari seusianya.

Selain itu, stunting juga bukan hanya permasalahan pada gangguan pertumbuhan fisik, namun bisa mengakibatkan anak rentan sakit.

Anak masuk dalam kategori stunting apabila tinggi badan menunjukan di bawah minus 2 standar deviasi (SD).

Jika kondisi tersebut mulai terlihat pada anak dibawah usia 2 tahun harus segera ditangani dengan tepat.

Standar deviasi penilaian status gizi dapat menggunakan grafik pertumbuhan anak (GPA) dari WHO.

apa itu stunting

Stunting di Indonesia

Stunting masih menjadi permasalahan kesehatan serta perhatian global. Terutama di Indonesia, saat ini masih dihadapkan permasalahan tersebut.

Terbaru, dalam Musyawarah Perencanaan Pembangunan Nasional (Musrenbangnas) yang digelar pada Kamis, 28 April 2022, secara terbuka Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam sambutannya menyinggung tentang stunting. Orang nomor satu di Indonesia itu meminta angka stunting diturunkan.

Kegiatan yang digelar di Istana Negara, Jakarta secara daring dan luring tersebut diselenggarakan dalam rangka Penyusunan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) 2023 dengan tema “Peningkatan Produktivitas untuk Transformasi Ekonomi yang Inklusif dan Berkelanjutan”.

“Agenda-agenda strategis untuk peningkatan sumber daya manusia (SDM) harus terus berjalan. Selain itu, percepatan kemiskinan ekstrem, angka stunting yang kedua harus diturunkan,” ujar Jokowi, yang sebagaimana dikutip dari laman resmi Presiden RI.

Penurunan prevalensi stunting pada balita menjadi agenda utama bagi Pemerintah Indonesia. Serta menjadi pekerjaan bersama bagi berbagai instansi pemerintah mulai dari pusat, daerah, hingga level desa.

Sekretariat Wakil Presiden (Setwapres) juga saat ini tengah berupaya untuk mengkoordinasikan percepatan pencegahan stunting, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, termasuk pemantauan serta evaluasi di berbagai tingkat pemerintahan, termasuk desa.

Dengan keterlibatan semua pihak, Setwapres berharap dapat mempercepat dan mendorong pencegahan stunting, sehingga prevalensi dapat menurun hingga 14 persen pada 2024 nanti.

Sementara itu, dilansir dari laman BKKBN, menurut Kepala BKKBN, Dr. (H.C.) dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG (K) bahwa permasalahan gizi tidak hanya terjadi di Indonesia tetapi juga di dunia. Permasalah itu juga menjadi fokus secara global.

Berdasarkan survei Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) 2021 memaparkan bahwa prevalensi sebesar 24,4 persen.

Angka tersebut masih jauh target yang ditetapkan dalam kurun waktu 2020-2024 dengan prevalensi yakni sebesar 14 persen.

Selain itu, berdasarkan data dari Asian Development Bank (ADB) prevalensi stunting balita Indonesia tertinggi ke-2 di Asia Tenggara pada tahun 2020. Dengan capaian prevalensinya 31,8 persen.

Oleh karena itu, selain peran ibu atau orang tua dalam memerangi gagal tumbuh pada anak-anak tetapi juga membutuhkan kontribusi dari pemerintah dengan semakin menggalakan program pemantauan meminimalisir angka stunting di Indonesia.

Faktor penyebab Stunting

Stunting pada anak tidak bisa dianggap remeh, karena hal tersebut merupakan masalah yang cukup serius untuk masa depan generasi penerus bangsa.

Oleh karena itu,  bagi calon ibu atau orang tua perlu mengetahui beberapa faktor penyebabnya. Adapun demikian, berikut ini faktor penyebab stunting pada anak:

  1. Mengalami kekurangan gizi sejak masa kehamilan

Rendahnya mengkonsumsi makanan bergizi, rendahnya asupan vitamin dan mineral, serta buruknya keragaman pangan dan sumber protein hewani pada masa kehamilan, dapat menjadikan kekurangan nutrisi pada ibu hamil yang dapat mempengaruhi pertumbuhan janin.

Perlu diketahui, nutrisi 1000 hari pertama dalam fase kehidupan sangat berperan penting untuk pencegahan stunting.

Apabila dalam 1000 hari pertama tersebut tidak baik akan berdampak pada keterlambatan pertumbuhan kecerdasan dan pola pikir anak, tinggi badan, hingga anak menjadi mudah sakit.

Selain itu, pemberian ASI eksklusif pada usia bayi 0-6 bulan penting sebagai perlindungan terhadap infeksi gastrointestinal yang kerap berkaitan dengan stunting. Karena infeksi tersebut mampu menyebabkan malnutrisi yang parah.

Malnutrisi merupakan dimana kondisi tubuh tidak dapat menerima asupan gizi dengan baik.

Apabila anak tidak mendapatkan ASI sama sekali sejak dilahirkan, bisa berdampak pada kekurangan gizi maupun sistem kekebalan yang dapat menyebabkan stunting.

  1. Kebutuhan asupan gizi anak tidak tercukupi

Kondisi kebutuhan gizi tidak tercukupi dengan baik, dapat disebabkan karena kurang asupan makanan anak yang mengandung protein serta mineral zinc dan zat besi.

Selain itu, penting juga menerapkan pola hidup dengan pedoman gizi seimbang. Berdasarkan pedoman gizi seimbang terdapat empat pilar yang perlu diperhatikan untuk mencukupi gizi harian yaitu:

  1. Mengonsumsi makanan yang beraneka ragam antara lain makanan pokok/karbohidrat, lauk pauk, sayur dan buah, serta minum air putih.
  2. Membiasakan berperilaku hidup bersih dan sehat.
  3. Senantiasa melakukan aktivitas fisik
  4. Memantau berat badan secara teratur, guna mempertahankan berat badan tetap ideal.

Pedoman gizi seimbang terdapat beberapa susunan pangan sehari-hari yang mengandung zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh.

Dalam peranannya zat gizi berupa karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral, serat dan air.

  1. Kurangnya pengetahuan sang Ibu

Pentingnya edukasi tentang kesehatan reproduksi serta pengetahuan mengenai gizi seimbang merupakan bekal masa depan bagi remaja putri nantinya bakal menjadi seorang ibu yang akan membangun sebuah keluarga.

Diharapkan para calon ibu tersebut bisa sadar dan memahami kebutuhan gizi saat hamil sampai melahirkan.

Selain itu, perlu juga sosialisasi tentang persalinan aman dan nyaman di fasilitas kesehatan, serta pentingnya melakukan inisiasi menyusu dini (IMD) untuk mendapatkan kolostrum air susu ibu (ASI).

Tak hanya itu, pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan, setelah itu perlu ditunjang dengan makanan pendamping ASI (MP-ASI) mulai 6 bulan keatas. Pemberian ASI tetap diberikan hingga usia anak 2 tahun.

Apabila calon ibu minim pengetahuan dasar seputar gizi, stunting, ASI, dan kurang sadar akan permasalahan kesehatan, ditakutkan si anak akan tumbuh kurang maksimal.

  1. Adanya infeksi kronis atau berulang

Infeksi dapat menjadi salah satu penyebab stunting juga harus lebih diperhatikan. Salah satunya, penyakit diare dan pernapasan apabila terjadi secara berulang dapat berdampak buruk bagi pertumbuhan anak-anak.

  1. Faktor sanitasi yang buruk

Peran sanitasi dalam juga penting dalam tumbuh kembang anak. Apabila lingkungan rumah mempunyai sanitasi yang buruk, si anak rentan akan tumbuh kembangnya terlambat.

Selain itu, akses sanitasi dan air bersih yang mudah dapat mampu menghindarkan risiko anak dari ancaman penyakit infeksi.

  1. Layanan kesehatan yang terbatas

Rendahnya akses pelayanan kesehatan yang terbatas di beberapa daerah juga salah satu penyebab stunting. Pada kenyataannya, masih ada beberapa daerah tertinggal di Indonesia yang kekurangan layanan kesehatan.

Padahal, sejatinya sangat diperlukan pelayanan dan pemantauan terhadap keadaan ibu hamil dan anak-anak secara khusus. Terlebih, jika ada ibu hamil dan anak-anak yang mengalami sakit, sehingga perlu ditangani dengan cepat dan tepat.

Serta perlunya peran tenaga kesehatan sebagai pendamping masyarakat untuk membantu edukasi mengenai gizi untuk ibu hamil dan anak-anak.

pencegahan stunting

Mengenali Gejala stunting sejak dini

Stunting mempunyai gejala secara umum yang tampak dalam tumbuh kembang anak diantaranya:

  1. Mengalami keterlambatan perkembangan keterampilan fisik, seperti berguling, duduk, berdiri, dan berjalan
  2. Dibandingkan dengan anak sepantaran, tinggi badan cenderung lebih pendek
  3. Tinggi anak bertambah kurang dari 5 centimeter setelah usia 2 tahun.
  4. Proporsi tubuh terlihat normal, akan tetapi anak terlihat lebih muda/kecil dari usianya.
  5. Cenderung terlambat dalam perkembangan keterampilan sosial dan mental
  6. Berat badan rendah dibandingkan anak seusianya
  7. Lebih mudah sakit karena penurunan daya imun

Memahami dampak stunting bagi anak

Permasalahan stunting pada anak bisa mempengaruhi dari ia kecil hingga dewasa. Dengan kondisi akibat kekurangan gizi dalam jangka waktu yang cukup lama itu dapat mengakibatkan terhambatnya tumbuh kembang anak hingga rentan terserang penyakit.

Sebagai informasi, balita mengalami stunting berkontribusi terhadap 1,5 juta (15 persen) kematian pada anak balita di dunia. Serta menyebabkan sekitar 55 juta Disability-Adjusted Life Years (DALYs) yakni hilangnya masa hidup sehat setiap tahun (Ricardo dalam Bhutta, 2013).

Kendati demikian, perlunya memahami dampak stunting terhadap anak, agar orang tua lebih waspada terkait hal tersebut.

Dalam dampak stunting melingkupi jangka pendek dan jangka panjang. Berikut secara rinci dampak tersebut:

Dampak jangka pendek

  1. Perkembangan kognitif, motorik, dan verbal anak kurang optimal yang berakibat menghambat pertumbuhan saraf anak, laju perkembangan motorik lebih lambat dan anak mengalami kesulitan mengungkapkan bahasa ekspresif.
  2. Sistem metabolisme tubuh tidak baik, sehingga anak rentan mengalami sakit. Bahkan bisa memicu kematian

Dampak jangka panjang

  1. Performa dan kapasitas belajar kurang optimal. Kecerdasaan anak dibawah rata-rata, berakibat prestasi belajar tidak maksimal.
  2. Postur tubuh tidak optimal , lebih pendek dibandingkan pada umumnya.
  3. Risiko lebih tinggi mengalami obesitas, dan menderita penyakit lainya seperti diabetes, jantung, stroke, dan kanker.
  4. Penurunan kesehatan reproduksi

Bagaimana cara mencegah stunting?

Ada beberapa upaya pencegahan stunting berdasarkan ketentuan pemerintah Indonesia/Freepik.com/pch.vector

Seperti yang diketahui, kasus stunting menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah dan masyarakat untuk mencegah dan menurunkan angka tersebut. Pada dasarnya, kasus stunting itu sendiri dapat dicegah sejak dini.

Ada beberapa program dicanangkan oleh pemerintah untuk mencegah dan menurunkan kasus stunting di Indonesia.

Terdapat upaya pencegahan stunting berlandasan pada Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 39 Tahun 2016, yang tercatat dalam Pedoman Penyelenggaraan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga, terbagi dalam beberapa aspek yaitu:

Pencegahan stunting mulai dari ibu hamil dan bersalin

  1. Intervensi pada 1000 hari pertama kehidupan anak.
  2. Mengupayakan jaminan mutu ante natal care (ANC) terpadu.
  3. Meningkatkan persalinan di fasilitas kesehatan yang aman dan nyaman.
  4. Menyelenggarakan program pemberian makanan tinggi kalori, protein, dan mikronutrien (TKPM), yang sebagaimana merujuk pada pedoman gizi seimbang.
  5. Deteksi dini penyakit menular dan tidak menular.
  6. Pemberantasan cacingan.
  7. Meningkatkan transformasi Kartu Menuju Sehat (KMS) ke dalam Buku KIA.
  8. Menyelenggarakan konseling Inisiasi Menyusui Dini (IMD) dan ASI eksklusif.
  9. Penyuluhan dan pelayanan KB.

Pencegahan stunting pada balita

  1. Pemantauan pertumbuhan balita, salah satunya dengan adanya pos Posyandu terpadu yang diselenggarakan di lingkungan sekitar.
  2. Menggiatkan pola pemberian makanan tambahan (PMT) yang memiliki nutrisi cukup untuk balita.
  3. Menggelar simulasi dini untuk perkembangan anak.
  4. Memberikan pelayanan kesehatan yang optimal.

Pencegahan stunting pada anak usia sekolah

  1. Berupaya menggalakkan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS).
  2. Menguatkan kelembagaan tim pembina UKS.
  3. Menggalakan Program Gizi Anak Sekolah (PROGAS).
  4. Memberlakukan sekolah sebagai kawasan bebas rokok dan narkoba.

Pencegahan stunting pada usia remaja

  1. Menggalakan penyuluhan hidup bersih dan sehat (PHBS), pola gizi seimbang, tidak merokok, dan mengonsumsi narkoba.
  2. Memberikan edukasi atau pendidikan pentingnya kesehatan reproduksi.

Pencegahan stunting pada dewasa muda

  1. Memberikan penyuluhan dan pelayanan keluarga berencana (KB).
  2. Deteksi dini penyakit, baik itu menular atau tidak menular.
  3. Memberikan penyuluhan untuk PHBS, pola gizi seimbang, tidak merokok ataupun mengkonsumsi narkoba.

Dengan demikian, upaya pencegahan tersebut perlu digaris bawahi secara umum agar terhindar dari stunting yakni pentingnya asupan gizi seimbang yang harus terpenuhi dan diberikan kepada anak dan Ibu.

Mencukupi asupan gizi tersebut mulai dari masa kehamilan, bersalin, hingga anak usia balita, serta senantiasa menerapkan pola hidup sehat. (siapbahagia.com)***