Saat ini, melihat anak membawa dan menggunakan gadget sepertinya sudah menjadi hal yang lumrah kita lihat. Di jaman dulu atau saat kita masih kecil, masih banyak permainan anak-anak yang bisa dimainkan seperti petak umpet, engkle, lompat tali dan lain-lain waktu kita sedang iseng atau menunggu. Sekarang, sepertinya hal tadi sudah jadi pemandangan yang langka. Anak-anak lebih sering bermain gadget karena orangtua sedang sibuk atau agar tidak mengganggu orang yang lain, atau karena penyebab yang lain. Memang, karena perkembangan era digital seperti sekarang, hal ini tidak bisa dihindari sehingga anak sejak dini sudah familiar dengan penggunaan gadget. Karena itu, penting sikap bijak dari orangtua mengenai penggunaan gadget tadi agar tidak berpengaruh negatif pada perkembangan anak.
Masa perkembangan Golden Age, yaitu usia 2-5 tahun adalah masa kritis bagi anak dimana mereka butuh banyak stimulus agar perkembangan menjadi optimal. Pada masa tersebut, banyak aspek perkembangan yang meningkat dengan pesat, contohnya perkembangan motorik, kogitif, bahasa dan sosio-emosional. Sayangnya, yang sering terjadi adalah justru di masa golden age tersebut, anak malah lebih banyak berinteraksi dengan gadget. Jika mereka sudah terbiasa, maka biasanya akan sulit melakukan komunikasi dua arah untuk melakukan stimulasi karena anak terlanjur terpaku pada gadget sehingga terbiasa berinteraksi satu arah. Terlebih, stimulus dari gadget sendiri cenderung berlebih untuk mereka sehingga saat diberikan stimulus dari sumber lain, untuk anak hal ini cenderung membosankan atau kurang menarik. Padahal, keterlambatan pada satu aspek dapat memberikan dampak ke aspek yang lain dan pada akhirnya akan menimbulkan masalah saat anak beranjak remaja atau dewasa (Delia, Devi. Suwandi, Emeldah. 2021). Cukup mengkhawatirkan, bukan?
Dampak negatif jika anak terlalu lama dan terlalu sering bermain gadget (Delia, Devi. Suwandi, Emeldah. 2021) :
Kemungkinan terjadi gangguan kesehatan
Anak yang lebih sering bermain gadget atau lebih lama screen time-nya cenderung menjadi kurang banyak bergerak. Padahal, anak usia 2-5 tahun sebaiknya aktif secara fisik dan mengeksplorasi lingkungan. Dengan aktif, anak diharap akan membentuk kebiasaan yang lebih sehat di masa ke depannya. Jika mereka pasif atau jarang bergerak, biasanya akan memicu peningkatan berat badan dan berpotensi mengalami berbagai macam gangguan kesehatan dan juga obesitas
Memperpendek rentang perhatian anak
Kemampuan memperhatikan adalah hal yang penting untuk perkembangan anak, khususnya di aspek kognitif. Ini karena anak butuh mampu memperhatikan sesuatu lalu dilanjutkan ke kegiatan memproses informasi. Jika anak kesulitan untuk fokus, tentu akan butuh waktu pula untuk memproses dan memahami suatu informasi atau instruksi. Semakin bertambah usia anak, maka idealnya rentang perhatian mereka juga semakin bertambah. Penggunaan gadget yang berlebih, justru menperpendek rentang perhatian anak. Gadget menyediakan beragam hal yang menarik untuk anak, pergerakan gambar yang sangat cepat, warna yang sangat bervariasi, beragam stimulus suara dan juga beranekaragamnya stimulus cahaya membuat mereka merasa kurang tertarik pada aktivitas lain seperti menggambar, mewarnai, membaca, belajar, dan lain-lain yang dianggap lebih membosankan.
Gangguan bicara dan bahasa pada anak
Kemampuan bicara pada anak tentu membutuhkan stimulus atau rangsangan yang bersifat dua arah. Ada proses timbal balik yang dibutuhkan anak untuk menstimulus kemampuan mereka dalam berbicara. Jika anak sudah merasa nyaman dengan gadget, mereka akan terbiasa berinteraksi satu arah dan kurang tertarik berinteraksi dengan orang lain di sekitarnya. Ini dapat berpengaruh pada kemampuan bicara dan bahasa mereka yang menjadi terhambat. Di sisi lain, jika anak kesulitan atau belum mampu bicara dengan jelas, ini akan mudah membuat mereka marah atau frustasi karena kesulitan menyampaikan keinginannya dan orang lain pun kesulitan memahami apa yang diinginkan anak. Orangtua harus paham akan red flag pada anak terkait kemampuan anak, yang disesuaikan dengan tahap perkembangan mereka.
Gangguan sosial emosi
Sama seperti perkembangan yang lain, perkembangan sosial emosi juga butuh stimulasi dan latihan. Anak yang hanya terbiasa berhadapan dengan gadget, biasanya akan menemui kesulitan dalam bergaul atau menjalin pertemanan dengan anak yang lain. Padahal, kemampuan bersosialisasi ini dapat mengasah mereka untuk latihan berkonflik dan menyelesaikan masalah. Bergaul memang bisa lewat games atau media sosial, namun pada anak dan remaja, mereka masih memiliki emosi yang cenderung labil sehingga biasanya mudah meniru apapun yang mereka lihat di internet tanpa memfilter dahulu. Hal ini tentu akan berpengaruh di kemampuan mereka dalam mengambil keputusan saat menghadapi suatu masalah.
Cyber bullying
Cyber bullying adalah jenis perundungan yang dilakukan secara digital. Biasanya akan ada serangkaian berulangnya perilaku agresif yang sengaja dilakukan oleh kelompok atau individu dengan menggunakan sarana elektronik. Tujuannya adalah mengancam, mengintimidasi dan mempermalukan korban yang tidak dapat dengan mudah membela dirinya sendiri menggunakan ponsel, email, room chat dan sosial media lain. Dampak dari Cyber bullying ini sendiri bermacam-macam, yaitu korban dapat memiliki tingkat kecemasan tinggi, tingkat depresi tinggi, meningkatnya masalah di sekolah maupun partisipasi dalam permasalahan perilaku di dunia nyata lannya. Bahkan, korban dapat memiliki keinginan untuk melakukan percobaan bunuh diri hingga ada di antaranya yang benar-benar melakukan hal tersebut.
Kecanduan
Yang harus disadari, gadget sendiri merupakan alat yang penggunaannya harus dibatasi karena bersifat adiktif dan dapat mempengaruhi sistem tubuh. Ini terkadang belum dipahami oleh orangtua. Penggunaan yang berlebihan dapat membuat anak kecanduan. Paparan layar gadget dapat menginduksi pelepasan hormon dopamine yang berperan penting dalam pembentukan sifat kecanduan. Menurut WHO, rekomendasi screen time yang sesuai untuk anak di bawa lima tahun adalah satu jam per hari. Selain screen time, hindari juga anak bermain gadget sebelum tidur agar mereka lebih rileks dan siap beristirahat.
Tidak hanya memberikan dampak negatif, penggunaan gadget yang sesuai sebenarnya mampu memberikan dampak positif. Ini muncul jika gadget digunakan sebagai media atau sarana belajar. Misalnya, belajar cara mengoperasikan suatu alat. Orangtua dapat mendampingi anak dengan menjelaskan cara kerja perangkat, menyalakan dan mematikan perangkat, mentransfer data, dan lain-lain. Beberapa video games juga mampu menjadi media pembelajaran dan menstimulasi perkembangan anak, misalnya untuk mengasah kemampuan mengolah strategi, analisis, penyelesaian masalah, dengan tetap harus didampingi orangtua (Delia, Devi. Suwandi, Emeldah. 2021). Ketrampilan penguasaan anak akan teknologi juga dapat menjadi lebih kompleks, kecekatan anak dapat meningkat, mengasah kemampuan berbahasa Inggris, kemampuan membaca dan mengeja bisa meningkat secara signifikan dengan game edukasi, dan lain-lain (Direktorat Bina Keluarga Balita dan Anak Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional. 2014)
Kendati demikiann, orangtua harus waspada saat anak mengalami kecanduan gadget. Beberapa tanda-tandanya, yaitu :
Jika anak menunjukkan gejala di atas, sebaiknya segera dibawa ke tenaga ahli, baik dokter spesialis anak maupun psikolog. Kendati demikian, ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk memastikan penggunaan gadget secara sehat di keluarga, yaitu :
Diskusi bersama anak, misalnya untuk menetapkan lama bermain gadget dan konsekuensi jika melanggar serta beragam dampak negatif jika menggunakan gadget secara berlebih. Menurut ASHA (American Speech-Language-Hearing Association), anak memiliki batas waktu maksimal screen time setiap harinya sebagai berikut :
Gunakan bahasa yang digunakan secara sederhana, sesuaikan dengan perkembangan anak.
DAFTAR PUSTAKA
Delia, Devi. Suwandi, Emeldah. (2021). Serba-serbi Pengasuhan Anak. Menjadi Orangtua yang Sehat Jiwa Demi Anak yang Bahagia. Jakarta : PT. Elex Media Komputindo
Direktorat Bina Keluarga Balita dan Anak Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional. 2014. Menjadi Orangtua Hebat dalam Mengasuh Anak (usia 0-6 tahun). ISBN : 978-602-8068-87-1.