Ini 7 Tips Menghadapi Teman Yang Toxic

Memiliki lingkungan pertemanan yang sehat menjadi impian para remaja. Memiliki pertemanan yang sehyat menjadikan remaja merasa lebih bahagia, salah satunya karena mendapat dukungan untuk terus berkembang. Perteman yang sehat bukan berarti akan terus berjalan mulus. Permasalahan atau konflik adalah hal yang wajar dalam sebuah hubungan. Lingkungan pertemanan yang sehat tidak akan membiarkan permasalahan atau konflik tersebut sering terjadi atau berlarut larut, mereka akan bertekad untuk memperbaiki keadaan dengan cara masing-masing.

Sebaliknya, pertemanan yang toxic akan penuh dengan tekanan dan konflik. Remaja yang berada dalam pertemanan konlik sering merasa tidak dihargai atau dihormati oleh temannya sendiri meskipun terlihat sering menghabiskan waktu bersama. Teman yang toxic bisa saja mengatakan bahwa mereka sangat menjunjung persahabatan, tetapi perilaku yang mereka tunjukkan tidak demikian. Mereka hanya berfokus pada diri mereka, tidak memberi dukungan untuk berkembang, dan hal-hal lain yang menyebabkan teman yang bersamanya merasa lelah dan tidak bisa menjadi diri sendiri. 

Coba bayangkan, ada seorang tamu yang berkunjung ke rumah Anda tetapi memiliki perilaku yang sangat mengganggu dan tidak menyenangkan. Apakah Anda akan membiarkan tamu ini tinggal selama bertahun-tahun? Hal yang sama juga terjadi pada remaja yang terjebak dalam lingkungan pertemanan yang toxic. Sebaiknya mereka tidak boleh mengizinkan teman yang toxic mengambil tempat dalam hidupnya.

7 Tips Menghadapi Teman yang Toxic

1. Ngobrol dengan Mereka

   Menurut Dr. Cohen, tidak semua pertemanan toxic tidak dapat diperbaiki. Jika dirasa cukup aman untuk terlibat dalam percakapan yang jujur dan saling terbuka, remaja perlu mendorong untuk mengungkapkan perasaannya kepada teman yang toxic. Untuk melakukan ini, remaja bisa menggunakan metode “pesan saya” atau i-message yang mana remaja berfokus untuk menyampaikan perasaannya bukan menghakimi atau memojokkan lawan bicaranya. 

2. Buat jarak atau ruang, secara emosional

   Hindari untuk bercerita hal-hal yang sifatnya personal dengan teman yang toxic, misalnya tentang perasaan, permasalahan, harapan, dan cita-cita. Hal ini akan mencegah teman yang toxic untuk bersikap merendahkan. Selain itu, hindari drama dengan teman yang toxic, cukup dengan berempati dengan perasaan mereka.

3. Bersikap diplomatis

   Jangan menunjukkan sikap mengambil jarak atau ruang secara jelas. Sampaikan bahwa ada hal penting lain yang harus dikerjakan atau diselesaikan, misalnya tugas atau perkerjaan, dan bersedia untuk menghubungi kembali apabila sudah memungkinkan. 

4. Temukan lingkungan pertemanan yang lebih sehat

   Mulailah mencari teman dengan kapasitas interpersonal yang baik dan temukan aktivitas atau hobi yang bisa dilakukan tanpa teman-teman yang toxic

5. It’s okay to have fun dengan teman yang toxic

   Bersenang-senang bersama dengan teman-teman yang toxic tetap bisa dilakukan, termasuk berbincang-bincang tentang hal yang bersifat non personal. 

6. Lakukan Olah Raga Pikiran dan Tubuh

   Memiliki teman yang toxic bisa berdampak pada sense-of-self. Salah satu cara untuk mengatasinya adalah dengan olah raga pikiran dan tubuh, seperti yoga, tai chi, atau seni bela diri lainnya

7. Tertawa

   Tertawa adalah salah satu obat yang baik. Terkadang, memiliki teman yang toxic bisa mempengaruhi kemampuan kita untuk tertawa. Menonton film komedi bisa menjadi salah satu caranya.

   Sumber :

   https://www.psychologytoday.com/us/blog/peaceful-parenting/201810/how-identify-and-inoculate-toxic-friendship

   https://forresttalley.com/blog-anxiety-depression-trauma-ptsd-positivepsychology/friendships-keep-the-healthy-ones-toss-the-toxic-ones 

   https://www.wellandgood.com/signs-of-toxic-friendship/