Mengulik Perilaku Sulit Makan pada Anak umur 6 bulan – 1 tahun

Apakah anak anda sedang sulit makan, moms? Jangan kuatir, anda tak sendiri. Banyak ibu-ibu yang mengalami hal ini. Perilaku sulit makan pada anak dapat muncul di saat-saat tertentu karena berbagai sebab, misalnya pada anak umur di bawah 1 tahun karena tumbuh gigi, sedang sakit atau saking asyiknya mengeksplorasi lingkungan sekitanya (karena baru bisa merangkak, merambat atau berjalan). 

Sebenarnya makan adalah proses belajar yang sangat menarik. Makan adalah gabungan dan rangkaian dari berbagai proses yang cukup rumit. Sebelum anak mampu makan, maka anak kita melalui proses tumbuh gigi di mana proses itu tak jarang disertai dengan demam sehingga dia menjadi tak nyaman. Namun jauh sebelum itu, sejak lahir anak kita sudah dilengkapi dengan reflek mencari dan menangkap puting susu ibu, menghisap dan menelan ASi dari ibu. ASI adalah satu-satunya makanan sekaligus minuman yang diperoleh bayi hingga umur 6 bulan.

Dari yang 6 bulan pertama kehidupannya hanya meminum (dan makan) ASI yang bentuknya cair lalu mulai belajar makan makanan pendamping ASi (MPASI) diperlukan proses belajar lanjutan moms. Untuk dapat makan dengan lancar, anak kita perlu menguasai cara mendorong makanan di dalam mulut dengan lidah ke belakang, ke kanan dan ke kiri (untuk dikunyah) kemudian menelannya setelah cukup halus. Anak kita juga belajar membedakan beragam tekstur makanan (yaitu halus, kasar, keras, lembek), rasa makanan (yaitu manis, asin, gurih, dll) dan warna makanan.  Cukup rumit ya, moms ternyata…. Jadi jika sulit makan dialami anak-anak kita yang usianya di bawah 1 tahun, siapa tahu memang ketrampilan-ketrampilan di atas ada yang belum dikuasainya dengan baik.

Nah, apakah yang perlu dilakukan jika anak kita sulit makan? Yang penting, tetap tenang ya,moms. Biar anda tetap dapat berpikir jernih, nggak panik duluan 😊. Berikut ada beberapa tips menghadapi anak yang sulit makan terutama anak yang berumur 6 bulan – 1 tahun :

1. Pastikan kondisi anak.

apakah ia sehat atau sedang tidak sehat (misalnya demam, batuk, pilek, dll)? Cek suhunya dengan thermometer jika memang teraba kenaikan suhu tubuh pada anak. Apakah ada perubahan fisik pada tubuh anak (misal kemerahan ruam, dll)?

Cek frekuensi menyusu : apakah menjadi lebih jarang atau tetap seperti biasanya? 

Cek perilaku anak : apakah suasana hatinya mudah sekali berubah (misalnya mejadi lebih peka daripada biasanya sehingga lebih sering menangis drpd biasanya, lebih pemarah dari biasanya, lebih rewel dari biasanya) atau ada perubahan pola tidur (misalnya menjadi lebih lama tidurnya atau lebih cepat durasi tidurnya, lebih malam malam dari biasanya atau lebih siang/sore daripada biasanya).

Jika terdapat perubahan pola menyusu, pola tidur dan perubahan suasana hati, kita perlu memastikan penyebabnya dan mencari solusi untuk itu sebelum menangani persoalan sulit makannya. Karena di beberapa kondisi, perilaku sulit makan adalah efek dari terjadinya hal yang lain. Bisa jadi memang terdapat penyebab fisik (misal sakit atau tumbuh gigi) yang menyebabkan dia sulit makan. Atau jika cek fisiknya semua tidak ada masalah, tapi tiba-tiba anak sulit makan mungkin terjadi hal yang berubah/baru pada orang-orang yang dekat dengan anak atau lingkungan rumah. Misalnya : ibu yang tadinya 24 jam bersama anak, menjadi terlalu sibuk mengerjakan jualan onlinenya sehingga ketika menemani anak makan menjadi terburu2 dan tidak sabaran, ibu yang tiba-tiba waktunya tersita membantu kakak menyiapkan ujian sekolah atau ayah yang dipindahtugaskan keluar kota sehingga ketemu anak tidak bisa setiap hari, anak mengalami pergantian pengasuh (nanny) atau misalnya ada perbaikan rumah tetangga sehingga berisik dan menjadi banyak debu di rumah kita sehingga anak menjadi terganggu. Jadi penyebab psikis dan lingkungan sekitar juga dapat berperan menjadi penyebab anak sulit makan.

2. Kenalkan anak pada berbagai jenis (warna, rasa dan tekstur) makanan

Makanan yang memiliki warna dan tekstur berbeda biasanya memiliki rasa yang berbeda. Hal itu menarik buat anak untuk dieksplorasi. Contohnya berbagai jenis sayuran dan buah. Untuk buah dan sayur yang keras, dapat dikukus dahulu misalnya pir, wortel, labu, dll. Sambil menemani anak makan, sambil diberi tahukan mengenai nama jenis makanan yang diberikan. Ajak anak ngobrol setelah makan ttg rasa, warna dan perasaan anak.

Agar menarik, penyajiannya pun dapat dilakukan di piring dan sendok yang berwarna cerah, dapat juga disajikan dalam bentuk potongan sebesar jari anak agar dia dapat sekaligus belajar untuk memegang dan memasukkan sendiri ke mulutnya. Beri kesempatan anak untuk menyendok sendiri makanannya, meski belum terlalu terampil memegang sendok.

Pastikan anak sudah mampu duduk tegak dan cukup kuat untuk duduk beberapa lama ketika ingin mempraktekkan proses ini. Milikilah waktu dan tempat makan khusus agar anak lebih mudah menyesuaikan diri dengan jadwal dan lokasi yang tetap. Misalnya tiap makan, anak didudukkan di meja bayi atau jika tidak ada meja bayi makan orang tua dapat menggunakan karpet plastik setiap kali anak makan agar lebih mudah dibersihkan.

3. Melakukan stimulasi di luar jam makan

Proses makan yang lancar tak hanya membutuhkan gigi dan lidah tapi juga otot-otot sekitar mulut yang lentur sehingga stimulasi dengan meminta anak meniup lilin, kertas, atau benda-benda yang ringan dapat dilakukan. Atau berikan mainan gigit (teether) yang bertekstur untuk melatih ketrampilan menggigit. Berikan makanan-makanan yang renyah dan ada bunyinya sehingga anak tertarik. Semakin banyak indera terlibat dalam proses makan, maka proses makan akan semakin mengasyikkan bagi anak.

Pijat area pipi, leher dan punggung anak dapat juga dilakukan untuk membuat otot-otot anak menjadi lebih lentur.

Perubahan dan perkenalan anak pada tekstur makanan yang dilakukan secara bertahap juga dapat berfungsi sebagai stimulasi bagi anak. Di mana anak umur 6 -8 bulan biasanya makanannya masih berupa bubur saring, 8 – 10 bulan mulai bisa diberikan bubur yang lebih kasar dan 10 -12 bulan bisa diberikan makanan yang lebih keras dan padat daribada sebelumnya. Mengenalkan anak pada bahan makanan bisa dilakukan dengan dongeng, membacakan buku dan melalui lagu/nyanyian. Hal ini dapat membuat suasana happy dan anak menikmati proses makan.

Well moms, makan ternyata proses belajar dan terkait aspek psikis anak yang tidak sederhana ya. Namun demikian, makan tetap dapat dibuat menyenangkan kok, dengan tujuan tak hanya terpenuhi nilai gizinya juga anak menjadi dekat dengan orang tua. Namun demikian, jika perilaku sulit makan pada anak ternyata bertahan lebih dari 2 minggu tak hilang atau moms  merasa sudah melakakukan berbagai upaya tapi anak tetap sulit makan maka ada baiknya mengunjungi tenaga Kesehatan atau psikolog terdekat ya…Have fun, moms…. 

Fonny Indri Hartanti, M.Psi / 2023-02-25

JUMLAH PENGUNJUNG
Lihat Detail

Setahun Terakhir
Total Klik
Total Pengguna
Total Kab/Kota
Total IP Public
Sebulan Terakhir
Total Klik
Total Pengguna
Total Kab/Kota
Total IP Public
Seminggu Terakhir
Total Klik
Total Pengguna
Total Kab/Kota
Total IP Public
Sehari Terakhir
Total Klik
Total Pengguna
Total Kab/Kota
Total IP Public

SURVEY KEPUASAN
Isi Feedback/Survey

Jumlah Survey
Rating

PERFORMANCE

response time
memory used
© Copyright BKKBN Jatim 2024
Jl. Airlangga No.31-33, Airlangga, Gubeng, Kota Surabaya, Jawa Timur 60286
Email
prov.jatim@bkkbn.go.id
Telp
031-5022331
Home
https://jatim.bkkbn.go.id
Jam Pelayanan
08:00 s.d 16:00 WIB