MENGHINDARKAN ANAK DARI PENGARUH NEGATIF GADGET
Perkembangan teknologi komunikasi dan informasi yang berkembang sangat pesat saat ini, tentu perlu disikapi dengan bijaksana oleh Ayah dan Bunda. Teknologi informasi saat ini memiliki keterikatan yang sangat erat dalam kehidupan kita. Hamper seluruh aktivitas manusia saat ini menggunakan teknologi informasi. Sehingga, mengisolasi dan menjauhkan anak dari perkembangan teknologi informasi tentu tidak mungkin dilakukan. Tidak semata-mata gadget dapat membuat si Buah Hati menjadi anak yang mudah marah dan pemalas beraktvitas ko, Ayah dan Bunda. Lalu, bagaimana ya agar Ayah dan Bunda dapat melindungi si Buah Hati dari “serangan” digitalisasi saat ini?
Dikutip dari cnbcindonesia.com, sepanjang tahun 2020 dan 2022, pandemi COVID-19 menyebabkan jumlah pengguna internet di Indonesia meningkat dengan signifikan. Studi Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII, 9/6/2022) menyebutkan bahwa pengguna internet di Indonesia telah mencapai 77% atau dengan kata lain, 210 juta dari 245 juta penduduk Indonesia telah mengakses internet pada periode tahun 2021-2022.
Meski pengguna internet usia 5-12 tahun tidak sebanyak jumlah remaja usia 13-18 tahun menurut data APJII diatas, namun tentunya hal ini menjadi tantangan bagi Ayah dan Bunda dalam pengasuhan.
Apa saja yaa yang dapat dilakukan Ayah dan Bunda untuk meminimalisir dampak negatif “serangan” digitalisasi pada si Buah Hati? Berikut tips-nya!
1. Langkah awal dan mendasar – membekali diri dengan perkembangan teknologi informasi dan pemanfaatannya sesuai tahap perkembangan anak. Jadi, Ayah dan Bunda juga tetap perlu untuk meng-update wawasannya tentang teknologi informasi ya! Setiap orangtua tentu berharap si Buah Hati dapat berkembang dengan optimal dan sesuai harapan. Pengasuhan yang dilakukan orangtua terhadap anak tentunya tidak dapat dipisahkan dari cara orangtua berkomunikasi dengan anak, bukan?! Sehingga, bila Ayah dan Bunda mampu menjadi “teman diskusi” yang menyenangkan bagi anak tentang tayangan yang ia tonton di media, maka tentunya hal ini dapat menjadi pembelajaran yang positif tidak hanya bagi anak, tapi juga bagi Ayah dan Bunda.
2. Membatasi screen-time anak dan perlindungan terhadap akses negatif.
Menurut Yayasan Kita dan Buah Hati (YKBH) dan American Psychiatric Association (APA), durasi anak bermain gadget dapat dikelompokkan berdasarkan usia sebagai berikut :
USIA ANAK |
DURASI BERMAIN GADGET |
0-2 tahun |
Tidak boleh bermain gadget |
3-6 tahun |
10-20 menit per hari |
7-10 tahun |
20-60 menit per hari |
11-12 tahun |
Maksimal 2 jam per hari |
Yuk, buat aturan/kesepakatan bersama tentang kapan dan berapa lama anak boleh mengaskses teknologi informasi ya, Ayah dan Bunda! Daaaan jangan lupa selalu membersamai mereka saat menggunakan gadget.
Selain pembatasan waktu bagi anak mengakses gadget, Ayah dan Bunda juga perlu “mengutak-atik” gadget yang digunakan anak agar aman dari tayangan yang tidak sesuai dengan usianya ya!
3. Mengajarkan anak untuk menjadi SUBJEK bukan objek dalam memanfaatkan teknologi informasi – Tidak melulu gadget menjadikan seseorang menjadi konsumtif. Beberapa tahun belakangan ini banyak youtuber berasal dari kalangan usia muda lo… Buah Hati Ayah dan Bunda bisa jadi menjadi salah satunya! Ajari mereka untuk dapat menggunakan gadget dengan bijak dan bertanggungjawab ya, Ayah dan Bunda.
Penulis :
Desy Mega A, M.Psi.
Penata KKB Ahli Muda
Perwakilan BKKBN Jatim
Untuk siapbahagia.com
Sumber referensi :
BKKBN. (2020). Modul 10 : Pengasuhan anak Usia Dini di Era Digital.
Makarau, Nur Istiana. (2022). Peran Orang Tua dalam Mendampingi Kegiatan Bermain Gawai pada Anak, Jurnal Golden Age, 6(1), 32-40. https://doi.org/10.29408/goldenage.v5i01.4610